![]() |
Tradisi Bajamba | Foto : Warga Selatan |
Di tengah gempuran budaya asing yang terus masuk, suku Minangkabau hingga saat ini masih memegang teguh kearifan lokalnya dan masih menjalankan berbagai tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Nah disini kami akan membahas beberapa Tradisi Di Sumatera Barat. Berikut penjelasan lengkapnya.
Beberapa Tradisi Di Sumatera Barat
Tabuik
Perayaan Tabuik merupakan tradisi masyarakat Pariaman, Sumatera Barat untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein. Acara ini biasanya berlangsung selama satu minggu disetiap tanggal 10 Muharram.
Pada puncak perayaan Tabuik, masyarakat Sumbar biasanya berbondong-bondong datang ke Kota Pariaman untuk menyaksikan "Hoyak Tabuik". Tak hanya dari Sumbar, yang menyaksikan prosesi Festival Tabuik juga berasal dari luar negeri. Event tahunan Kota Pariaman ini selalu dinantikan setiap tahunnya.
Pacu Jawi
Pacu Jawi merupakan salah satu tradisi favorit bagi masyarakat Sumatera Barat. Pacu Jawi ini termasuk tradisi yang cukup unik. Selain itu, Pacu Jawi juga dilaksanakan di Kabupaten Limapuluh Kota dan Payakumbuh. Tradisi Pacu Jawi hampir sama dengan tradisi Karapan Sapi.
Namun yang membedakan keduanya adalah lahan yang digunakan. Untuk mempercepat larinya sapi, maka joki Pacu Jawi biasanya menggigit ekor sapi. Tradisi Pacu Jawi ini paling ditunggu-tunggu oleh para fotografer dari seluruh nusantara. Beberapa foto Pacu Jawi hasil jepretan fotografer Minang pun berhasil meraih penghargaan internasional.
Pacu Itiak
Pacu Itiak (Balap Bebek) merupakan tradisi unik yang berasal dari Sumatera Barat, khususnya di daerah Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Acara Pacu Itiak biasanya diadakan di 11 tempat berbeda di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota.
Tata cara lomba Pacu Itiak adalah dengan melempar Itiak agar Itiak terbang menuju garis finis. Bebek yang paling cepat menuju garis finish, maka bebek tersebut dinyatakan sebagai pemenang. Jarak yang ditempuh untuk satu lintasan Pacu Itiak biasanya sepanjang 800 meter.
Maulid Nabi Di Pariaman
Jika peringatan Maulid Nabi biasa dilakukan dengan ceramah dan tabligh akbar, lain halnya di kawasan Padang Pariaman, Sumatera Barat. Di kawasan ini, peringatan Maulid Nabi dilakukan dengan cara yang unik dan sangat berbeda. Masyarakat Padang Pariaman merayakan Maulid Nabi sepanjang bulan Rabi'ul Awal hingga Jumadil Akhir.
Acara ini dilaksanakan oleh masyarakat disekitar pada hari Sabtu dan Minggu. Pada hari sabtu sore para ibu-ibu menjalankan tugasnya dengan membuat berbagai macam masakan dan aneka masakan. Makanan yang paling khas saat Maulid di Pariaman adalah Lamang.
Kemudian pada malam harinya diadakan prosesi Dzikir. Dalam prosesi ini para ulama yang di Pariaman disebut Tuanku, Imam Katik (Imam Khatib), dan Labay berkumpul di Surau untuk berdzikir dan berdoa hingga menjelang pagi. Keesokan harinya, sore hari setelah Ashar, diadakan prosesi makan bajamba.
Saat ini, seluruh warga desa akan berkumpul di Surau untuk menikmati makanan yang dibuat sehari sebelumnya. Selain itu, momen ini biasanya juga digunakan untuk mengumpulkan sumbangan untuk pembangunan surau atau masjid.
Basapa
Kegiatan basapa ini dilakukan masyarakat sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Syekh Burhanuddin atas jasanya mengembangkan ajaran Islam di Minangkabau. Tarekat Syatarriah yang dibawakan oleh Syekh Burhanuddin mendapat tempat di hati masyarakat Minangkabau saat itu.
Tradisi ini biasanya dilakukan dua kali. Sapa Gadang dilaksanakan pada minggu kedua bulan Safar, sedangkan Sapa Ketek dilaksanakan pada minggu berikutnya. Tanggal 10 Safar sendiri dipercaya sebagai tanggal atau hari wafatnya Syekh Burhanuddin, yaitu 10 Safar 1111 H/1691 M.
Baburu Babi
Baburu Babi atau dalam bahasa Indonesia berburu babi merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh kalangan muda. Perburuan babi di Sumatera Barat berbeda dengan cara berburu babi pada umumnya, disini masyarakat yang berburu babi menggunakan anjing untuk menangkap babi hutan yang merusak tanaman petani.
Kegiatan baburu babi ini biasanya dilakukan setiap akhir pekan dan berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain. Hasil tangkapan berupa babi hutan biasanya hanya dijadikan makanan anjing peliharaannya, karena bagi masyarakat Minang yang menganut agama Islam, mengkonsumsi daging babi adalah haram.
Balimau
Balimau merupakan tradisi mandi untuk menyucikan diri menjelang bulan Ramadhan. Kegiatan ini biasa dilakukan masyarakat Minangkabau di lubuak atau sungai. Selain itu, Balimau juga memiliki arti lain yaitu mensucikan pikiran dengan cara saling memaafkan sebelum menyambut bulan suci Ramadhan.
Makan Bajamba
Masyarakat Minangkabau sering mengadakan tradisi makan bajamba. Makan Bajamba merupakan tradisi makan dengan cara makan bersama dalam satu tempat, biasanya dilakukan pada hari-hari besar Islam, upacara adat atau acara penting lainnya. Tradisi makan bajamba diperkirakan masuk ke Sumatera Barat seiring dengan masuknya agama Islam ke wilayah Minang pada abad ke-7.
Batagak Pangulu
Masyarakat Minangkabau biasanya hidup dalam budaya kesukuan. Setiap suku biasanya mempunyai pemimpin suku atau Datuak. Ketika suatu suku atau masyarakat mengangkat pemimpin baru, maka diadakanlah upacara Batagak Pangulu. Upacara Batagak Pangulu menjadi upacara besar yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Tradisi ini berlangsung selama 3 hari bahkan ada juga yang sampai seminggu.
Demikian ulasan tentang Mengetahui Beberapa Tradisi Di Sumatera Barat Yang Masih Ada Hingga Saat Ini seperti yang dilansir alexistogel, Semoga bermanfaat.