Apa Saja Peninggalan Bersejarah Dari Kerajaan Gowa-Tallo? Berikut Penjelasannya

Apa Saja Peninggalan Bersejarah Dari Kerajaan Gowa-Tallo? Berikut Penjelasannya
Kerjaan Gowa Tallo | Foto : Warga Selatan 

Warga Selatan - Berbeda dengan kerajaan yang bercorak Hindu atau Budha, kerajaan ini tidak memiliki peninggalan berupa prasasti maupun candi. Memang sebagian besar peninggalannya berupa bangunan. 

Namun bukan candi, melainkan masjid atau benteng. Beberapa situs peninggalan sejarah ini sudah dibuka sebagai tempat wisata, sehingga jika tertarik bisa berkunjung ke sana. Nah pada kesempatan kali ini kami akan memberikan informasi mengenai beberapa bukti Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo. 

Peninggalan Bersejarah Dari Kerajaan Gowa-Tallo


Masjid Tua Al-Hilal Katangka


Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo ini merupakan masjid tertua di wilayah Sulawesi Selatan. Bangunan ini diperkirakan sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Alauddin yaitu sekitar tahun 1603. Namun ada beberapa ahli yang meragukan hal tersebut dan memperkirakan bangunan tersebut baru dibangun sekitar tahun 1700an.

Lokasi bangunan yang menjadi cagar budaya ini berada di Desa Katangka, Kecamatan Somba Opu, Gowa. Biasanya nama suatu bangunan diambil dari posisi atau lokasinya. Namun untuk peninggalan ini, namanya diambil dari bahan baku pembuatannya yaitu kayu Katangka.

Saat pertama kali dibangun, Masjid Katangka masih berupa bangunan sederhana. Luas bangunan kurang lebih 200 m². Selain digunakan untuk beribadah, masjid ini pernah menjadi pusat pengembangan agama Islam di daerah Gowa. Menurut catatan sejarah, tempat ini pernah dijadikan sebagai tempat pengungsian Sultan Hasanuddin setelah mengalami kekalahan dari VOC. Banyak tempat yang dihancurkan oleh penjajah, namun masjidnya tidak tersentuh.

Kompleks Makam Katangka


Di halaman Masjid Katangka terdapat kompleks pemakaman yang digunakan khusus untuk raja dan kerabatnya. Dahulu tempat ini merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Gowa. Katangka ini termasuk salah satu pohon besar yang dipercaya memiliki nilai magis. Kepercayaan tersebut merupakan pengaruh nenek moyang yang dahulu menganut animisme.

Namun ada juga yang mengatakan bahwa Katangka diambil dari kata 'tangkasa' yang dalam bahasa Makassar berarti kampung suci. Apabila seorang raja meninggal, maka ia harus dimakamkan di tempat suci. Oleh karena itu, raja Gowa-Tallo dimakamkan di tempat ini. Di kawasan pemakaman Katangka setidaknya terdapat 71 kuburan kuno dan 170 kuburan baru.

Nisan atau jirat yang terdapat pada makam kuno mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Ada yang berbentuk cungkup kubah, ada pula yang berbentuk rumah cukup tradisional. Sedangkan bentuk batu nisannya juga berbeda-beda lho. Ada yang berbentuk datar seperti pedang, balok polos, dan ada pula yang berbentuk silinder segi delapan.

Benteng Somba Opu


Benteng Somba Opu juga menjadi salah satu bangunan bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letaknya di pesisir selatan Kota Makassar. Tepatnya di Jalan Daeng Tata, Desa Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Menurut catatan sejarah, bangunan yang dulunya dijadikan simbol perlawanan terhadap penjajah ini dibangun sekitar abad ke-16.

Saat itu kerajaan dipimpin oleh Raja Gowa ke-9 yaitu Karaeng Tumaparisi' Kallona. Kemudian pada masa pemerintahan raja berikutnya yang bernama Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng, benteng tersebut diperluas dan konstruksinya diperkuat dengan menggunakan batu padat. 

Selain sebagai pusat pertahanan kerajaan, tempat ini juga digunakan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah. Banyak sekali pedagang baik lokal maupun asing datang kesini untuk melakukan transaksi.

Museum Balla Lompoa


Bangunan peninggalan ini sebenarnya merupakan rekonstruksi istana Kerajaan Gowa-Tallo yang dibangun pada tahun 1936. Museum Balla Lompoa resmi beroperasi pada 11 Desember 1973. Tempat yang digunakan untuk menyimpan peninggalan sejarah Kerajaan Gowa-Tallo ini berdiri di atas tanah seluas hampir satu hektar. Sedangkan total luas bangunan kurang lebih 1.114 m². 

Di sini, bangunannya dibagi menjadi dua ruangan. Yang pertama adalah ruangan teras dengan luas 40 x 4,5 meter. Lalu, ruang utama mempunyai luas 60 x 40 meter. Di ruang utama, Anda akan menemukan silsilah lengkap raja-raja Kerajaan Gowa. Di sini juga terdapat singgasana yang pernah digunakan oleh raja dan diletakkan tepat di tengah ruangan. Kemudian di sebelahnya terdapat payung pelantikan, tombak, senjata perang, dan meriam kuno.

Benda peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang ada di sini berjumlah kurang lebih 140 buah. Beberapa di antaranya adalah mahkota, gelang, kancing, dan kalung berbahan emas yang bertatahkan intan atau permata. Menariknya lagi, Anda tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk bisa melihat peninggalan leluhur ini. Sebab, biaya masuknya gratis.

Masjid Jongaya


Letaknya di kawasan perumahan, tepatnya di Jalan Kumala, Kota Makassar. Menurut beberapa catatan sejarah, bangunan ini mulai dibangun sekitar tahun 1900an atas permintaan keturunan raja untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Bentuk masjid ini bisa dikatakan unik karena menyerupai rumah khas Jawa Tengah yaitu Joglo. 

Masjid yang memiliki nama lain Babul Firdaus ini sebelumnya digunakan sebagai tempat pertemuan raja Gowa, Bone, dan Lawu. Di sini, mereka tidak hanya menyusun strategi perang melawan Belanda, namun juga memperdalam ilmu agama. Bangunan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo ini telah direnovasi. Karena merupakan tempat bersejarah maka waktu pembangunannya pun cukup lama agar tidak merusak bentuk aslinya. 

Setelah itu karena banyaknya jemaah maka dilakukan perluasan pada tahun 1977. Saat dibangun, luas masjid ini hanya berkisar 100 m². Namun kini luasnya sudah mencapai 750 m². Saat masuk, Anda akan menemukan ukiran huruf Arab di dinding. Selain itu, terdapat 12 tiang yang melambangkan tanggal dibangunnya masjid tersebut, yaitu 12 Rabiulawal 1314 H.

Demikian ulasan tentang Apa Saja Peninggalan Bersejarah Dari Kerajaan Gowa-Tallo seperti yang dilansir situs slot. Semoga bermanfaat.