Keberkahan Makam Buyut Santri, Tempat Ziarah Penuh Spiritualitas Menjelang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri

Keberkahan Makam Buyut Santri, Tempat Ziarah Penuh Spiritualitas Menjelang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri
Makam Buyut Santri | Foto : Warga Selatan 

Warga Selatan - Sebelum menjelang bulan Ramadhan serta Idul Fitri, banyak penziarah yang datang untuk berkunjung ke makam Buyut Santri. Terletak di Desa Keramat Kole, Pamarayan, Kecamatan Pamarayan, provinsi Banten, makam Ki Buyut Santri menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi oleh warga.

Menjelang bulan Ramadhan, warga melaksanakan ziarah kubur ke lokasi ini. Pemakaman tersebut terletak di daerah pemukiman dan ruangannya dirancang dengan sengaja terbuka, memungkinkan para jamaah untuk duduk dan melaksanakan ibadah haji.

Di samping itu, ada satu ruangan tertutup yang dilengkapi dengan dua pintu berlapis besi. Di dalam tempat tersebut, terdapat pemakaman Ki Buyut Santri beserta beberapa saudaranya. Sementara itu, makam Ki Buyut Santri yang lain berada di luar ruangan tersebut. Keberadaan makam ini banyak menarik perhatian, terutama menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri, saat penziarah memadati lokasi tersebut.

Keberadaan makam Buyut Santri menjadi semakin istimewa menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Para penziarah memadati lokasi ini, menciptakan suasana yang penuh hikmat dan khidmat. Terutama di ruangan tertutup dengan pintu berlapis besi, di mana makam Ki Buyut Santri dan beberapa saudaranya bersemayam, atmosfer religius terasa sangat kental.

Pada waktu-waktu tersebut, banyak jamaah yang meluangkan waktu untuk berziarah dan berdoa di makam ini. Letaknya yang strategis di tengah pemukiman membuat akses mudah bagi mereka yang ingin melaksanakan ibadah haji di sana. Adanya ruangan terbuka juga memberikan kenyamanan bagi para jamaah untuk beristirahat dan berdoa.

Sejarah Buyut Santri 

Ki Buyut Santri, yang hidup pada era Kesultanan Banten, merupakan seorang pejuang dan ulama terkemuka, serta figur penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah Banten tengah. Menurut Jaenal Abidin, sebelum kompleks pemakaman dibangun, para peziarah sudah mulai berdatangan dalam jumlah yang signifikan.

Mereka menggunakan dedaunan sebagai alas duduk saat berziarah. Sementara itu, di luar ruangan tersebut, terletak makam Ki Buyut Santri, yang juga merupakan tokoh berjasa dalam memperluas ajaran Islam di Banten tengah.

Jaenal Abidin menyatakan bahwa sebelum lahan pemakaman dibangun, para peziarah telah datang dalam jumlah besar. Mereka menggunakan daun sebagai alas duduk. Melihat situasi tersebut, Sariman Muzawir, kakek almarhum, mengambil inisiatif untuk membangun gubuk dari bahan papan. Pada tahun 1960-an, area pemakaman kemudian didirikan.

Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran bahwa jika area tersebut dijadikan tempat wisata, maka kehormatan tempat pemakaman akan berkurang. Sekitar tahun 2000-an, setelah usulan tersebut diajukan, banyak kejadian aneh yang terjadi, yang sulit dijelaskan secara rasional menurut pria yang sekarang berusia 70 tahun. Kejadian-kejadian ini muncul seminggu setelah pertemuan diadakan, dan banyak dari mereka yang menghadiri pertemuan tersebut tiba-tiba jatuh sakit.

Beberapa orang tiba-tiba merasakan sakit perut yang membesar dan mata mereka terbuka lebar. Meskipun sudah dibawa ke berbagai rumah sakit, kondisinya tidak berubah. Ketika mereka dibawa ke sini, mereka langsung meninggal. Jaenal mengakui bahwa ia masih belum mengetahui penyebab pasti dari kejadian tersebut.

Selain itu, dulu kala kakeknya pernah memberikan pesan kepada Jaenal untuk menjaga dan merawat tempat ini dengan baik, serta tidak menjadikannya sebagai tempat wisata. Jaenal mengakui bahwa ia belum tahu dengan pasti sejarah tempat ini, karena kakeknya tidak pernah menceritakannya.

Mengenal Buyut Santri Keturunan Mataram 

Ki Buyut Mbah Santri telah menjadi sosok yang dikenal oleh sebagian besar penduduk di Majalengka, terutama di masyarakat Desa Balida, Kecamatan Dawuan, Majalengka. Pada Senin, 27 Juni 2022, terungkap bahwa Mbah Buyut Santri, yang sebenarnya bernama Nyi Santijem, memiliki akar keturunan Mataram yang berpindah ke Majalengka dan mendirikan sebuah desa.

Menurut Buku Deskripsi Sejarah Desa Kabupaten Majalengka Tahun 2011, kisah rakyat mengenai Santri Buyut dimulai sekitar tahun 1827 Masehi. Di wilayah Desa Balida, muncul sosok ksatria wanita yang dikenal sebagai "Nyi Santijem", yang berasal dari Cirebon.

Beliau menjadi tokoh pertama yang tiba di hutan Kodamaya di wilayah Balida, yang mengubah hutan belantara menjadi kawasan pemukiman bersama para pengikutnya. Setelah itu, beliau mendirikan bangunan tempat tinggal dan mendirikan pemukiman.

Pada saat itu, jumlah pemukiman yang didirikan hanya sekitar 28 rumah dengan populasi sekitar 50 jiwa. Nyi Santijem lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Kakek Santri. Kakek Santri merupakan keturunan Mataram yang bermigrasi ke Cirebon.

Beliau adalah keponakan dari Pangeran Jaka Kesuma, yang dikenal sebagai Buyut Panongan. Daerah pemukiman pertama yang didirikan oleh Mbah Buyut Santri dan para pengikutnya berada di ujung barat Desa Balida, yang disebut "Tarikolot", yang artinya desa pertama atau tertua.

Setelah itu, Buyut Santri melakukan konsultasi dengan tokoh dan sesepuh di masyarakat untuk membentuk pemerintahan desa. Tokoh pertama yang ditunjuk oleh Mbah Buyut Santri untuk menjabat dalam pemerintahan desa tersebut dipilih.

Menjabat sebagai pemimpin atau kepala desa adalah Raden Saenudin, seorang individu yang berasal dari Cikasarung. Raden Saenudin adalah Kuwu atau Kepala Desa pertama di Desa Balida. Selama masa kepemimpinannya, masyarakat desa merasa aman dan tenteram. Proses pembangunan dilakukan dengan semangat gotong royong dan kerja sama.

Pada saat itu, setiap pemerintah desa di wilayah Cirebon wajib memberikan penghormatan tahunan kepada Cirebon. Hal ini berlaku juga untuk Desa Balida yang dipimpin oleh Raden Saenudin.

Seorang perwakilan diutus untuk mengantarkan upeti ke Cirebon, namun setiap kali perwakilan dikirim, ia tidak pernah berhasil kembali. Hal ini disebabkan oleh berbagai rintangan, termasuk serangan tentara Belanda, yang menyebabkan kematian perwakilan tersebut dalam perjalanan. Menurut cerita yang beredar, setelah dilakukan musyawarah dan kesepakatan bersama, tugas mengantarkan upeti ke Cirebon akhirnya diberikan kepada Raden Saenudin, kepala desa.

Mbah Buyut Santri atau Syekh Sulaiman

Mbah Buyut Santri, yang juga dikenal sebagai Syekh Sulaiman, adalah pribadi yang memiliki dampak signifikan di Desa Kesamben Timur. Desa ini berlokasi di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban.

Mbah Buyut Santri merupakan tokoh yang memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di desa tersebut. Sebagai seorang ulama pada masa keberadaan kerajaan Mataram, beliau berasal dari Desa Muntilan, Jawa Tengah, dan berperan dalam menyebarkan ajaran agama Islam.

Seiring berjalannya waktu, dakwah yang disampaikan oleh Mbah Buyut Santri diterima dengan baik, dan hasilnya banyak masyarakat Kesamben yang mengadopsi ajaran Islam. Hal ini membawa desa menjadi lebih sejahtera dan tenteram. Namun, pada suatu waktu, terjadi wabah penyakit yang dikenal sebagai "pagebluk" dalam bahasa Jawa.

Demikianlah penjelasan yang dapat saya sampaikan tentang sejarah Buyut Santri, di mana banyak penziarah yang datang untuk berkunjung. Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih.