Mengenal Sejarah Buyut Lebai Dan Makam Buyut Papak

Mengenal Sejarah Buyut Lebai Dan Makam Buyut Papak
Makam Buyut Lebai | Foto : Media Cirebon 

Warga Selatan - Pada tahun 1619M, Dawan Sirajuddin atau biasa disebut Buyut Lebai ini lahir di Serawak Malaysia, masuk Jembrana Bali pada tahun 1669, dan wafat atau meninggal di tahun 1744 M. Bliau dimakamkan di halaman rumahnya sendiri di Jalan Gunung Agung Loloan Timur.

Nah pada artikel kali ini kita tidak hanya akan membahas tentang Sejarah Buyut Lebai saja tetapi kita juga akan membahas makam buyut yang terletak di Desa Kadutokek, Kec. Pandeglang, Kab. Pandeglang, Provinsi Banten.

Mengenal Makam Keramat Buyut Lebai

Pada abad ke-17, Buyut Lebai adalah tokoh yang mengembangkan Islam di Desa Loloan, Jembrana. Buyut Lebai lahir di Sarawak, Malaysia pada tahun 1619 M dan meninggal pada tahun 1744 M.

Makam Buyut Lebai terletak di atas tanah miliknya sendiri, yakni di Jalan Gunung Agung, Loloan Timur, Jembrana, Bali. Makam Keramat Buyut Lebai berdiri di atas lahan berukuran 26,10 meter x 18,45 meter.

Di antara makam-makam tersebut terdapat pemakaman Datuk Dawam Sirojuddin atau Buyut Lebai, makam Datuk Muhamad Ya'qub, makam Datuk Muhamad Thoha, makam Datuk Muhamad Sofwan, makam Datuk Muhamad Ramlan, makam leluhur Tojibah, serta makam Datuk Muhammad Shofi.

Pada tahun 1999 ditambahkan 1 makam baru yaitu makam K.H. Saifuddin selaku pengurus Pondok Pesantren 'Nurul Falah' sehingga total makam yang ada di bangunan tersebut adalah 8 makam. Sangat mudah menemukan tempat ziarah ke Makam Buyut Lebai karena lokasinya berada di pusat Kota Jembrana. Masyarakat setempat telah mengkeramatkan makam Buyut Lebai.

Sejarah Makam Ki Buyut Papak

Area pemakaman dikelilingi oleh sawah dan pekarangan. Makam tersebut terdiri dari nisan, nisan, dan diberi cungkup berupa atap permanen dan tiang penyangga yang kondisinya sangat memprihatinkan. 

Batu nisannya terbuat dari batu pasir, berdiri di atas makam yang sudah dilapisi keramik putih. Batupasir adalah jenis batuan yang lebih lunak dari andesit, tetapi lebih keras dari batugamping. Batu-batu ini cenderung lebih lunak, dengan tekstur halus yang memungkinkan untuk dibentuk sesuai dengan keinginan pematung.

Sebagai elemen dalam struktur kompleks makam, nisan memiliki komponen arsitektural yang saling melengkapi, termasuk nisan, nisan lain, dan cungkup. Jirat merujuk pada subbasement berbentuk persegi panjang. Nisan sendiri berfungsi sebagai tanda, terbuat dari kayu, batu, atau bahan lain, yang ditempatkan di atas kepala dan kaki. 

Dan cungkup ini merupakan struktur sederhana ataupun permanen yang melindungi makam. Batu nisan pada makam-makam kuno pada umumnya diberi hiasan atau ornamen yang bermacam-macam. 

Ornamen adalah elemen dekoratif yang menambah estetika. Fungsi utama dekorasi adalah sebagai penghias. Tidak Terlepas dari maksud dan tujuannya dalam Pembuatan hiasan ini terkadang mempunyai fungsi simbolik pula. 

Penggunaan ragam hias pada batu nisan tidak lepas dari budaya peralihan dari pengaruh pra-Islam dan hadirnya Islam. Ornamen-ornamen pada masa peralihan dari masa sebelum dan sesudah kedatangan Islam pada umumnya merupakan bentuk-bentuk tersamar dari makhluk hidup.

Makam tersebut berukuran 230 cm x 100 cm. Batu nisan ini mempunyai bentuk seperti bujur sangkar yang sisi-sisinya terlihat cekung dengan ukuran tinggi sekitar 52 cm dan lebar bawah 28 cm, sedangkan atas 17 cm, dan tebal 16 cm. 

Bentuknya kemudian dihias atau dihias dengan cara dipahat. Mulai dari batu nisan di bagian dasar (bawah), terdapat ornamen sulur yang melingkar mengapit lingkaran seperti roda. Di atas ornamen terdapat dua garis luar yang membatasi nisan bawah dan atas. 

Bagian atas batu nisan (kepala batu nisan) memiliki ornamen sulur dan kuncup bunga. Kepala nisan dipahat dengan bingkai (panil) di bagian ujungnya. Ornamen tersebut terdapat pada sisi utara dan selatan. Belum diketahui secara pasti, ragam atau motif hias pada nisan tersebut hanyalah hiasan estetika atau memiliki arti khusus.

Kisah turun-temurun yang beredar di masyarakat setempat, Ki buyut Babak adalah utusan Sultan Maulana Hasanuddin yang diserahi tugas menyebarkan agama Islam di wilayah tengah Banten. Selain dikenal sebagai pendakwah Islam di wilayah Banten tengah, Ki Boyut Babak juga dikenal sebagai pandai besi.

Dia pada waktu itu membuat gelang dari besi. Menurut cerita rakyat, dari dialah muncul kata Pandeglang, yaitu dari kata “pande” dan “gelang”. Nah sudah tahu kan sejarah buyut papak dan buyut lebai yang merupakan buyut kita yang perlu di hormati.

Bagi anda yang ingin beriziarah ke tempat itu sebaiknya menggunakan mobil pribadi atau menggunakan kendaraan umum yang memang sudah terpercaya dan jangan lupa agar melihat di google maps agak tidak kebingungan.

Demikian penjelasan dari saya tentang mengenal Sejarah Buyut Lebai dan makam buyut papak semoga bermanfaat, terimakasih.